Home / Pemerintah / Makanan Bergizi Gratis Bukan Sekadar Urusan Perut, Tapi Fondasi Kecerdasan Bangsa

Makanan Bergizi Gratis Bukan Sekadar Urusan Perut, Tapi Fondasi Kecerdasan Bangsa

Oleh: Faisal Febriansyah
Jakarta, 7 November 2025

Belakangan ini, ruang diskusi publik diramaikan oleh pandangan yang meremehkan program penyediaan makanan bergizi gratis. Ungkapan seperti “Jika negara hanya mengutamakan isi perut, lalu bagaimana dengan isi kepala?” beredar luas dan memunculkan persepsi keliru seolah kebijakan tersebut tidak terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan maupun masa depan bangsa.

Padahal, para pakar kesehatan dan pendidikan menegaskan bahwa pemenuhan gizi adalah pondasi utama perkembangan otak. Anak yang kekurangan nutrisi sejak dini berpotensi mengalami penurunan kecerdasan, konsentrasi lemah, hingga kesulitan belajar jangka panjang. Dalam konteks ini, pemenuhan gizi bukan sekadar mengenyangkan perut, tetapi menopang perkembangan intelektual dan produktivitas bangsa di masa mendatang.

Menurut data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia masih berada di kisaran 21,6%. Stunting bukan hanya berdampak pada postur tubuh, tetapi berpengaruh langsung terhadap perkembangan otak dan kemampuan kognitif anak. Anak dengan stunting cenderung mengalami kesulitan memahami pelajaran dan rentan tertinggal dalam proses pendidikan.

“Tidak mungkin kita bicara kemajuan kualitas pendidikan tanpa menyelesaikan masalah gizi terlebih dahulu,” ujar Dr. Ratna Yuliani, ahli gizi klinis. Ia menegaskan bahwa upaya memaksimalkan mutu pembelajaran harus berjalan seiring dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang layak.

Sejumlah negara maju telah membuktikan hal ini. Jepang, Finlandia, dan Korea Selatan sejak lama memasukkan makanan bergizi gratis sebagai bagian inti dari sistem pendidikan. Mereka memahami bahwa anak yang kenyang dengan nutrisi baik akan jauh lebih mampu menyerap ilmu, berkonsentrasi, dan berkembang secara optimal.

Selain berpengaruh pada kecerdasan, program makanan bergizi gratis juga memberikan dampak ekonomi nyata. Bahan pangan dapat disuplai dari petani lokal, UMKM katering di daerah dapat bergerak, dan rantai distribusi pangan menjadi lebih stabil. Lebih jauh lagi, meningkatnya kesehatan masyarakat akan mengurangi beban biaya kesehatan negara di masa depan.

Bank Dunia mencatat bahwa setiap investasi pada gizi anak memberikan keuntungan berlipat dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Artinya, program ini bukanlah beban, melainkan investasi strategis untuk memperkuat daya saing sumber daya manusia Indonesia.

Dengan demikian, pandangan yang menyebut bahwa negara terlalu fokus pada “isi perut” merupakan bentuk pemahaman yang tidak utuh. Mengisi perut dengan makanan bergizi adalah bagian penting dari mengisi kepala dengan ilmu.

Karena bangsa yang cerdas dimulai dari rakyat yang sehat, dan kesehatan datang dari gizi yang baik.

Makanan bergizi gratis bukan sekadar kebijakan bantuan sosial. Ini adalah strategi membangun masa depan bangsa.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *